Sabtu, 31 Juli 2010

AL HAYY (YANG MAHA HIDUP)



Dalam al Qur'an. kata Hayy ditemukan sebanyak sembilan belas kali, lima menyifati manusia dan empat belas dalam konteks pembicaraan kepada Allah. Lima dari 14 ayat ini menguraikan sifat Allah, seperti firman-firmannya dalam ayat al-Kursi, delapan bicara tentang kuasa Allah memberi hidup dan mencabut hidup, dengan menggunakan kata tukhriju atau mukhriju.

Sifat Allah Al- Hayy tiga diantaranya dirangkaikan dengan sifatnya Allah Al-Qayyum, sedang dua sisanya tanpa rangkaian sifat yang lain, namun konteksnya memberi kesan bahwa Allah mengurus dan memenuhi kebutuhan hamba-hamban Nya, karena itu hendaknya Dia disembah dan dimintai pertolongan " Dan bertawakallah kepada Allah yang Hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosahamba-hamba Nya (QS. Al-Furqan [25]:58)

Perangkaian sifat Al-Hayy Allah dengan sifat al-Qayyum yang maknanya adalah Maha Berdiri sendiri lagi Maha Mengurus maksluk makhluk-Nya, atau perangkaiannya dengan uraian yang menunjuk "pemenuhan kebutuhan mahkluk", memberi isyarat bahwa hidup yang sebenarnya bukan sekedar hidup untuk sendiri, tetapi harus memberi hidup dan sarana kehidupan kepada pihak lain.

Pengetahuan atau kesadaan adalah menyadari dirinya sendiri. Semakin banyak pengetahuan dan kesadaran, dan semakin peka perasaan maka semakin tinggi kualitas hidup. Karena itu hidup bertingkat tingkat. Ada hidup duniawi ada hidup ukhrawi. Hidup duniawi bertingkat tingkat, ada hidup tumbuhan, binatang, malaikat dan lain-lain. Masing-masing dari jenis tersebut bertingkat tingkat pulakehidupannya.

Allah swt. adalah Yang Maha Hidup karena Dia mengetahui segala sesuatu, hidupnya langgeng tidak berakhir, bahkan Dia yang memberi dan mencabut kehidupan. Yang meneladani sifat ini, hendaklah dapat hidup langgeng dan memberi hidup kepada orang lain. Yang meneladani-Nya hendaklah memiliki pengetahuan dan kesadaran, bermula kesadaran diri, serta memiliki gerak, aktivitas yang bermanfaat bagi diri dan mahkluk lain serta memiliki kepekaan.

Hidup bagi manusia hendaknya tidak hanya terbatas pada hari ini atau sepanjang usianya di dunia saja, tapi harus melampaui generasinya, bahkan melampaui batas usia jenis manusia di dunia ini. Memang manusia tidak dapat hidup langgeng dan abadi sebagaimana Allah. Tidak juga mampu hidup melampaui batas usianya di dunia, tetapi dia dapat melanggengkan hidupnya dengan karya-karyanya yang bermanfaat yang dapat dinikmati manusia sepanjang masa.

Kelanggengan hidup manusia juga diraih melalui kekekalan hasil karya-karyanya itu di akhirat kelak dalam bentuk ganjaran Ilahi. "Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, Kami jadikan amal itu (sia-sia bagaikan) debu yang berterbangan" (Qs. Al. Furqan [25]:23)

Karena manusia tidak dapat memberi hidup sebagaimana manusia dapat memberi hidup kepada makhluk, maka yang meneledani sifat ini hendaknya mampu memberi hidup dalam arti sebab-sebab kehidupan, baik yang bersifat spiritual maupun material. Tidak menjerumuskan makhluk dalam derita, apalagi membunuhnya, baik dalam bentuk pencabutan nyawa, maupun pencabutan hak-hak sebagai manusia, karena Allah menetapkan " Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia seluruhnya. Dan barang siapa menghidupkan (memelihara kehidupan) seorang manusia, maka seolah-olah dia telah menghidupkan manusia semuanya" (QS. al-Ma'idah [5]:32)

Wahai Tuhan Yang Maha Hidup, Yang Berdiri Sendiri, Tiada Tuhan Selain Engkau, dengan Rahmat-Mu aku meminta pertolongan, dengan kekuatan-Mu aku memohon bantuan, dari azab-Mu aku mengharap perlindungan, luruskan dan perbaikilah semua keadaanku, jangan Engkau biarkan aku sendirian walau dalam sekejap, temani aku ketika aku di tempat atau dalam perjalanan. (Disarikan dari buku Menyingkap Tabir Ilahi : M. Quraish Shihab)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar