Minggu, 18 Maret 2012

Kesabaran Rasulullah

Ketika Rasulullah sedlang duduk-duduk di tengah para sahabatnya, salah seorang pendeta

Yahudi bernama Zaid bin Sa’nah masuk menerobos barisan jama’ah yang

melingkarinya, seraya menyambar kain Rasulullah dan menghardiknya dengan kasar.

Katanya, “Ya Muhammad! Bayarlah hutangmu. Kamu keturunan Bani Hasyim biasa

memperlambat pelunasan.” Pada waktu itu Rasulullah memang punya hutang kepada

orang Yahudi itu, namun belum jatuh tempo. Umar yang melihat peristiwa itu

langsung bangkit dan menghunus pedangnya, seraya memohon iin. Ucapnya,

“Ya Rasulullah, ijinkanlah aku memenggal leher bedebah ini!” Tetapi Rasulullah bersabda,

“Ya Umar, aku tidak disuruh berdakwah dengan cara begitu. Antara aku dan dia

memang sedang membutuhkan kebijaksanaanmu. Suruhlah dia menagih dengan sopan

dan ingatkanlah aku supaya melunasinya dengan baik.” Mendengar sabda Rasulullah

tersebut, orang Yahudi itu berkata,

“Demi yang mengutusmu dengan kebenaran. Sebenarnya aku tidak datang untuk

menagih hutangmu, namun aku datang untuk menguji akhlakmu. Aku tahu,

tempo pelunasan utang belum tiba waktunya. Akan tetapi aku telah membaca

sifat-sifatmu dalam Kitab Taurat, dan ternyata terbukti semua, kecuali satu

sifat yang belum aku uji, yaitu kebijakkanmu bertindak pada waktu marah. Ternyata

tindakan bodoh yang ceroboh sekalipun engkau dapat mengatasinya dengan bijaksana.

Itulah yang aku lihat sekarang ini. Maka terimalah Islamku ini, ya Rasulullah, “Asyhadu

alaa ilada illallah wa annaka ya Muhammad Rasulullah” “Aku bersaksi tiada tuhan selain

Allah dan engkau adalah Rasulullah.” Cara bersabar dengan membiarkan orang marah

tanpa meladeninya merupakan cara efektif dakwah Rasulullah yang sering beliau lakukan.

Kesabaran beliau malah mendapat simpati dari seorang Yahudi sehingga dengan

kesadarannya sendiri mau memeluk agama Islam.

(Sumber : Nasiruddin, S.Ag, MM, 2007, Kisah Orang-Orang Sabar, Republika, J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar